Pertemuan Dua Sukun
Sesuai dengan aturan bahasa Arab, jika 2 huruf yang sukun bertemu, harus dilakukan salah satu dari 2 cara, yaitu: membuang huruf yang pertama atau memberinya harakat, dengan catatan pemberian harakat tersebut hanya dapat dilakukan ketika washal saja.
Sesuai dengan aturan bahasa Arab, jika 2 huruf yang sukun bertemu, harus dilakukan salah satu dari 2 cara, yaitu: membuang huruf yang pertama atau memberinya harakat, dengan catatan pemberian harakat tersebut hanya dapat dilakukan ketika washal saja.
Pertemuan Dua Sukun: Membuang Yang Pertama
Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan), bila bertemu dengan hamzah washal di saat bacaan bersambung, walaupun dalam penulisannya tetap ada.
Contoh: .
Terkadang huruf tersebut dibuang dalam penyebutan dan penulisannya sekaligus.
Hal ini terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah washal, baik waktu washal atau wakaf. Seperti ya yang dibuang pada kata dalam ayat .
Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan), bila bertemu dengan hamzah washal di saat bacaan bersambung, walaupun dalam penulisannya tetap ada.
Contoh: .
Terkadang huruf tersebut dibuang dalam penyebutan dan penulisannya sekaligus.
Hal ini terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah washal, baik waktu washal atau wakaf. Seperti ya yang dibuang pada kata dalam ayat .
Pertemuan Dua Sukun: Mengharakati Yang Pertama
Alternatif yang kedua dalam menghindari bertemunya 2 huruf yang sukun, adalah dengan memberi harakat: fathah, kasrah atau dhammah kepada huruf yang pertama, sesuai ketentuan yang berlaku.
Alternatif yang kedua dalam menghindari bertemunya 2 huruf yang sukun, adalah dengan memberi harakat: fathah, kasrah atau dhammah kepada huruf yang pertama, sesuai ketentuan yang berlaku.
Mengharakati Yang Pertama: Kasrah
Huruf sukun yang pertama diberi kasrah, jika huruf tersebut berada di akhir kata pertama, semetara yang kedua berada di awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini, huruf yang pertama diberi kasrah dan hamzah washal tidak dilafalkan.
Contoh: , tidak bisa diberi fathah atau dhammah.
Catatan: Jika hamzah washal terdapat setelah tanwin (di saat bacaan bersambung), maka nun tanwin tersebut harus diberi baris kasrah, seperti tanwin yang terdapat pada kata dalam ayat . Demikian juga dengan huruf lam yang terdapat pada kata yang terdapat dalam surat Al-Hujarat, karena huruf tersebut terletak di antara 2 hamzah washal. Oleh sebab itu huruf lam di atas harus diberi baris kasrah untuk menghindari bertemunya 2 sukun.
Huruf sukun yang pertama diberi kasrah, jika huruf tersebut berada di akhir kata pertama, semetara yang kedua berada di awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini, huruf yang pertama diberi kasrah dan hamzah washal tidak dilafalkan.
Contoh: , tidak bisa diberi fathah atau dhammah.
Catatan: Jika hamzah washal terdapat setelah tanwin (di saat bacaan bersambung), maka nun tanwin tersebut harus diberi baris kasrah, seperti tanwin yang terdapat pada kata dalam ayat . Demikian juga dengan huruf lam yang terdapat pada kata yang terdapat dalam surat Al-Hujarat, karena huruf tersebut terletak di antara 2 hamzah washal. Oleh sebab itu huruf lam di atas harus diberi baris kasrah untuk menghindari bertemunya 2 sukun.
Mengharakati Yang Pertama: Fathah
Huruf sukun yang pertama diberi fathah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:
Pertama: Nun pada huruf jar jika bertemu dengan hamzah washal.
Contoh: .
Kedua: Ya mutakallim (kata ganti milik orang pertama), jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh:
Huruf sukun yang pertama diberi fathah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:
Pertama: Nun pada huruf jar jika bertemu dengan hamzah washal.
Contoh: .
Kedua: Ya mutakallim (kata ganti milik orang pertama), jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh:
Mengharakati Yang Pertama: Dhammah
Huruf sukun yang pertama diberi dhammah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:
Pertama: Wau layin yang digunakan untuk bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh: .
Kedua: Huruf mim yang menunjukkan bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh:
Huruf sukun yang pertama diberi dhammah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:
Pertama: Wau layin yang digunakan untuk bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh: .
Kedua: Huruf mim yang menunjukkan bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar